BACAAN 1
Faktor-Faktor yang sering
mempengaruhi kewirausahaan
Factor-faktor yang mempengaruhi kewirausahaan adalah
karakteristik bisnis wirausaha ( usia, gender, dan tingkat pendidikan;
legalitas usaha; permodalan; tujuan pemasaran; dan tenaga kerja) serta budaya.
Dan ada beberapa factor-faktor lain yang
mempengaruhi kewirausahaan yaitu;
1. Factor
keberhasilan
Untuk menjadi seorang wirausahawan, diperlukan dukungan dari orang
lain yang berhubungan dengan bisnis yang kita kelola. Seorang wirausaha harus
maumenghadapi tantangan dan resiko yang ada. Resiko dijadikan sebagai pemacu
untuk maju, dengan adanya resiko, seorang wirausaha akan semakin maju.
Menurut Murphy dan Peek yang diterjemahkan dalam bukunya oleh Bukhari Alam, ada
delapan anak tangga yang meliputi keberhasilan seorang wirausaha dalam
mengembangkan profesinya, yaitu:
A. Kerja keras
Kerja keras merupakan modal keberhasilan seorang wirausaha. Setiap
pengusaha yang sukses menempuh kerja keras yang sungguh – sungguh dalam
usahanya.
B. Kerjasama dengan
orang lain
Kerjasama dengan orang lain dapat diwujudkan dalam lingkungan
pergaulan sebagai langkah pertama untuk mengembangkan usaha. Seorang wirausaha
harus murah hati, mudah bergaul, ramah dan disenangi masyarakat dan menghindari
perbuatan yang merugikan orang lain.
C. Penampilan yang baik
Penampilan yang baik ditekankan pada penampilan perilaku yang
jujur dan disiplin
D. Yakin
Seorang wirausaha harus dapat yakin kepada diri sendiri, yaitu
keyakinan untuk maju dan dilandasi ketekunan serta kesabaran
E. Pandai membuat keputusan
Seorang wirausaha harus dapat membuat keputusan. Jika dihadapkan
pada alternative sulit, dengan cara pertimbangan yang matang, jangan ragu –
ragu dalam mengambil keputusan yang baik sesuai dengan keyakinan.
F. Mau menambah Ilmu pengetahuan
Dengan menambah ilmu pengetahuan, terutama di bidang usaha,
diharapkan seorang wirausaha dapat mendukung kemampuan dan kemajuan dalam usaha
G. Ambisi untuk maju
Tanpa ambisi yang kuat, seorang wirausaha tidak akan dapat
mencapai keberhasilan. Ambisi yang kuat, harus diimbangi dengan usaha yang
keras dan disiplin diri yang baik
H. Pandai berkomunikasi
Seorang wirausaha harus dapat menarik orang lain dengan tutur kata
yang baik, sopan, jujur dan percaya diri. Dengan demikian akan memberi kesan
kepada orang lain menjadi tertarik daan orang akan percaya dengan apa yang
disampaikan.
2. Factor
kegagalan
Penyebab kegagalan dalam usaha pada umumnya disebabkan oleh 4
faktor utama, antara lain:
A. Kurangnya dana untuk modal
B. Kurangnya pengalaman dalam bidang bisnis
C. Tidak adanya perencanaan yang tepat dan matang
D. Tidak cocoknya minat terhadap bidang usaha yang sedang
digeluitinya.
Kegagalan wirausahawan dalam menjalankan bisnisnya terbagi menjadi
dua, yaitu :
A. Kegagalan
yang dapat dihindarkan
Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, karena pengusaha dapat
menghindari dsan dapat diantisipasi sebelumnya.
Misal: salah mengelola perusahaan, tidak ada rencana yang matang,
pelayanan yang kurang baik, dll
B. Kegagalan yang tidak dapat dihindarkan
Yaitu kegagalan yang sulit atau hamper tidak dapat dihindari
seperti bencana alam, peperangan, kebakaran, kecelakaan.
Sebab – sebab kegagalan dalam menjalankan usaha:
- Kurang ulet dan cepat putus asa
- Kurang tekun dan kurang teliti
- Tidak jujur dan kurang cekatan
- Kekeliruan dalam memilih lapangan usaha
- Kurang inisiatif dan kurang kreatif
- Memulai usaha tanpa pengalaman dengan modal pinjaman
- Mengambil kredit tanpa pertimbangan yang matang
- Kurang dapat menyesuaikan dengan selera konsumen
- Pelayanan yang kurang baik
- Banyaknya piutang ragu – ragu
- Banyaknya pemborosan dan penyimpangan
- Kekeliruan menghitung harga pokok
- Menyamakan perusahaan sebagai badan social
- Sulit memisahkan antara harta pribadi dengan harta perusahaan
- Kemacetan yang sering terjadi
- Kurangnya pengawasan
3. Karakteristik
wirausaha
Seorang wirausaha yang sukses harus mempunyai karakteristik yang
baik dan menarik, Karakteristik seorang wirausaha akan terlihat dan berkembang
melalui ilmu pengetahuan, pengalaman yang diperoleh dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Jadi karakteristik adalah sesuatu yang berhubungan dengan watak,
perilaku, tabiat, sikap orang terhadap perjuangan hidup untuk mencapai
kebahagiaan lahir dan batin. Karakteristik seorang wirausaha yang baik, akan
membawa kea rah kebenaran, keselamatan serta menaikan derajat dan martabatnya.
Karakteristik wirausahawan yang perlu dimiliki dan perlu dikembangkan adalah
sebagai berikut:
A. Berwatak luhur
B. Bekerja keras dan
disiplin
C. Mandiri dan realistis
D. Prestatif dan
komitmen tinggi
E. Berfikir positif dan
bertanggungjawab
F. Dapat mengendalikan
emosi
G. Tidak ingkar janji,
menepati janji dan waktu
H. Belajar dari
pengalaman
I. Memperhitungkn resiko
J. Merasaan kebutuhan
orang lain
K. Bekerjasama dengan
orang lain
L. Menghasilkan sesuatu
untuk orang lain
M. Memberi semangat
kepada orang lain
N. Mencari jalan keluar
bagi setiap permasalahan
O. Merencanakan sesutau
sebelum bertindak.
Keberhasilan dalam bidang bisnis selalu
berhubungan dengan hal – hal sebagai berikut:
A. Sikap dan perilaku
disiplin, merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang didalam
berwirausaha.
B. Komitmen tinggi, artinya
seorang wirausaha itu setiap saat pikirannya tidak lepas dari perusahannya atau
bisnisnya.
C. Jujur, artinya mau
dan mampu mengatakan sesuatu sebagaimana adanya.
D. Kreatif, adalah
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
E. Inovatif, yaitu
merupakan suatu proses mengubah peluang menjadi gagasan dan ide – ide yang
dapat dijual.
F. Mandiri dan
realistis, artinya bahwa kwberhasilan eorang wirausaha datangnya dari diri
sendiri dan ide yang realistis dan bukan dari orang lain.
Untuk menanamkan kebiasaan baik pada karyawan, maka perlu
dikembangkan budaya perusahaan dalam sebuah organisasi. Budaya Perusahaan ialah
karakteristik suatu organisasi perusahaan yang mencakup pengalaman, cerita,
kepercayaan dan norma–norma bersama yang dianut oleh seluruh jajaran
perusahaan. Jika pada sebuah perusahaan ada kebiasaan – kebiasaan yang kurang
baik, ini harus cepat diubah. Kemampuan mengubah budaya perusahaan merupakan
kunci keberhasilan menyusun dan melaksanakan strategi perusahaan untuk masa
depan. Dalam hal ini, contoh atau suri tauladan dari unsur pimpinan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan budaya perusahaan.
Oleh sebab itu pengembangan budaya perusahaan harus dilakukan,
karena sangat bermanfaat untuk : meningkatkan sense of identity, sense of
belonging, komitmen bersama, stabilitas internal perusahaan, pengendalian sifat
– sifat yang kurang baik, dan akhirnya akan menjadi pembeda satu perusahaan dengan
perusahaan lain, dan akhirnya akan menimbulkan citra tersendiri bagi kemajuan
perusahaan.
Terdapat Sembilan ciri
pokok keberhasilan, dan bukan cirri-ciri pribadi (personal traits);
1. dorongan prestasi yang tinggi,
2. bekerja keras, tidak tinggal diam,
3. memperhatikan kualitas produknya, baik barang maupun jasa,
4. bertanggung jawab penuh,
5. berorientasi pada imbalan yang wajar,
6. optimis,
7. berorientasi pada hasil karya yang baik (excellence
oriented),
8. mampu mengorganisasikan, dan
9. berorientasi pada uang
Kesimpulan dari bacaan pertama ini adalah :
Wirausahawan yang berhasil juga merupakan pemimpin yang
berhasil. Dikatakan sebagai pemimpin karena mereka harus mencari
peluang-peluang, melalui proyek-proyek, mengumpulkan sumber daya (bahan,
teknologi, manusia dan modal) yang diperlukan untuk melaksanakan proyek,
menentukan tujuan, baik untuk mereka sendirimaupun untuk orang lain, dan
memimpin serta membimbing orang lain untuk mencapai tujuan. Seorang pemimpin
yang efektif akan selalu mancari cara-cara yang lebih baik. Pemimpin yang
berhasil adalah jika dalam kegiatan percaya pada pertumbuhan yang
berkesinambungan, efesien yang meningkat, dan keberhasilan yang
berkesinambungan dari bisnis perusahaannya.
BACAAN 2
Faktor-Faktor yang sering
mempengaruhi kewirausahaan adalah KEBERHASILAN
USAHA.
I. Kegiatan ber-“usaha” selalu mempunyai
tujuan atau sasaran untuk memperoleh keuntungan atau laba nyata dalam bentuk
rupiah. Namun demikian, laba bukanlah merupakan satu-satunya tujuan kegiatan
usaha, akan tetapi masih terdapat tujuan-tujuan lain yang dapat dicapai,
seperti mengurangi pengangguran atau memberi kesempatan kerja, membantu
masyarakat sekitarnya, perkembangan perusahaan, prestise, dan membantu
meningkatkan pendapatan pemerintah melalui pajak (Marwan Asri, 1986 : 3-4).
Sebelum memikirkan berapa keuntungan nyata yang dapat diperoleh dan cara
mendapatkannya melalui kegiatan usaha tersebut, perlu dipahami dan dikaji
secara lengkap mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
usaha. Hal ini penting untuk dihayati terlebih dahulu, sebab banyak orang yang
beranggapan bahwa hanya karena kurang uang atau modal, maka harapan untuk
memperoleh keuntungan menjadi terhambat. Sukses tidaknya suatu kegiatan usaha
pada dasarnya tidak tergantung pada besar-kecilnya ukuran usaha, tetapi lebih
dipengaruhi oleh bagainaa mengelolanya. Masa-masa kritis yang harus dilalui
perusahaan dalam hidupnya adalah selama lima tahun pertama sejak didirikan.
Ternyata lebih dari 50% usaha kecil gagal melewati usia dua tahun pertamanya.
Tidak sedikit pula usaha yang maju selagi kecil, namun kemudian jatuh setelah
besar. Di samping itu, banyak pula usaha kecil yang cukup sukses ketika masih
dikelola pendirinya. Dalam hal ini, pengetahuan penyebab kegagalan tersebut
berguna segali sebagai bahan pelajaran yang dapat membantu untuk menentukan
pilihan dan cara-cara mengurusnya (Singgih, 1986 : 2). Kelemahan yang sering
dijumapi pada usaha kecil yang gagal adalah dalam keorganisasian, keuangan,
administrasi, dan pemasaran. Kelemahan keorganisasian pada umumnya berupa tidak
jelasnya struktur organisasi, pembagian tugas dan wewenang yang tidak jelas,
status karyawan, serta system penggajian yang tidak beres. Selain itu,
kepemimpinan seorang diri mempunyai kelemahan yang dapat menghancurkan usaha,
terutama jika pimpinan sakit dalam jangka waktu yang cukup lama atau bahkan
meninggal dunia secara mendadak, sementara persiapan kader belum dilakukan.
Dalam bidang keuangan, biasanya pengusaha lemah dalam membuat anggaran, tidak
adanya pencatatan dan pembukuan secara baik, serta tidak adanya batasan tegas
antara harta milik pribadi (keluarga) dengan harta milik perusahaan. Dengan
demikian, seringkali pimpinan tidak tahu tentang besarnya laba-rugi kegiatan
usahanya. Kelemahan di bidang pemasaran pada umumnya berupa ketidakserasian
antara program produksi dan penjualan. Kelemahan ini juga disebabkan karena
kurangnya pengamatan pasar, sehingga tidak tahu posisi pasarnya, cara
menghadapi saingan, serta cara mempromosikan hasil usahanya. Kelemahan lain
yang sering muncul adalah perluasan atau pengembangan usaha yang dilakukan
secara emosional tanpa didukung oleh data dan fakta yang aktual. Berdasarkan
uraian di atas, selanjutnya akan dapat diyakini bahwa untuk mencapai sasaran
nyata kegiatan usaha yang berupa keuntungan, masih banyak hal atau factor
selain modal, yang hakiki untuk diperhatikan. Untuk itu, pada kesempatan ini,
secara berturut-turut akan dibicarakan mengenai faktor-faktor tersebut, yang
meliputi:
(1)
faktor produksi alam
(2)
faktor produksi manusia (tenaga kerja)
(3)
faktor produksi modal
(4)
faktor produksi manajemen (keahlian pengelola), dan
(5)
faktor produksi lingkungan (sosial dan budaya).
Dalam
perusahaan, sumber-sumber ekonomi tersebut diproses oleh kegiatan perusahaan
menjadi barang atau jasa. Barang dan jasa yang dihasilkan ditujukan untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Dalam proses pemuasan itulah,
diharapkan juga perusahaan memperoleh laba atau keuntungan.
II.
1. Faktor Produksi Alam Untuk menyelenggarakan suatu kegiatan usaha, pasti
memerlukan faktor produksi alam. Dalam hal ini misalnya tempat, tanah, sawah,
ataupun bahan mentah, betapa pun kecil dan bagaimana pun jenis usaha tersebut
(Soebroto, 1979 : 7). Bahkan suatu kegiatan usaha yang nampaknya tidak
memerlukan tempat, misalnya usaha perantara, makelar, bagaimanapun memerlukan
tempat untuk bertemu dengan calon pembeli, yang secara lebih luas pasti
mempunyai areal atau daerah tertentu untuk menyelenggarakan pemasaran
dagangannya. Dalam kenyataannya, tidak semua perusahaan dapat memperoleh dan
memiliki fasilitas fisik yang sesuai dengan jenis usahanya. Misalnya usaha
dagang, ada yang memperoleh tempat yang strategis dan ada yang terpencil.
Pemilihan dan penentuan fasilitas fisik tersebut selalu dihubungkan dengan
biaya dan penghasilan, juga dilihat dari sudut proses produksi dan pemasaran,
sehingga secara keseluruhan memungkinkan tercapainya laba yang tinggi atau
layak. Dari laba itulah perusahaan dapat hidup berkembang dan berkelanjutan.
Untuk
itulah, diperlukan perencanaan terhadap penentuan fasilitas fisik perusahaan,
yang meliputi:
(1)
lokasi perusahaan, tempat dimana perusahaan melakukan kegiatan kerja
(2)
bangunan: jenis dan model gedung yang dibutuhkan
(3)
tata letak fasilitas produksi: tata letak dan susunan mesin serta peralatan
dalam proses produksi
(4)
lingkungan kerja: berbagai faktor lingkungan kerja yang cukup mempengaruhi
kenyamanan kerja (Marwan Asri, 1986 : 66). Dari perincian di atas, kita dapat
melihat bahwa perencanaan produksi, khususnya perencanaan fasilitas fisik
perusahaan, merupakan suatu proses integral, dimana semua aspek produks harus
dipertimbangkan secara masak. Dengan demikian, lokasi tempat produksi tidak
akan dibangun di sembarang tempat, namun perlu diletakkan dan dibangun di
wilayah yang relatif strategis. Tempat kegiatan usaha yang relatif strategis
cenderung mendukung lancarnya kegiatan pengusaha, sehingga akan meminimumkan
biaya-biaya dan sebaliknya memaksimalkan keuntungan. Pengertian strategis di
sini lebih ditinjau dari segi ekonomis. Memang sering juga terjadi bahwa
penentuan letak/lokasi kegiatan usaha bisa disebabkan oleh alasan historis. Penentuan
lokasi kegiatan usaha itu pun dapat berdasarkan alam, misalnya keadaan tanah,
ketinggian, pengairan, dan lain sebagainya.
Secara
terperinci dapat disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan
lokasi perusahaan yang perlu dipertimbangkan adalah:
(a)
letak sumber bahan mentah
(b)
tenaga kerja
(c)
pasar
(d)
fasilitas transportasi, dan
(e)
pembangkit tenaga. Kecali itu, sebenarnya juga masih ada faktor lain yang juga
bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan letak kegiatan usaha, antara
lain: kemungkinan areal tanah untuk pengembangan usaha, fasilitas air, sikap
masyarakat setempat, kemungkinan perluasan kota, serta keadaan tanah dan iklim
daerah setempat. Yang perlu diperhatikan yaitu bahwa setiap kegiatan usaha,
lebih-lebih jenis produksinya berbeda, maka faktor-faktor tersebut juga
pengaruhnya berbeda. Bagi satu perusahaan mungkin faktor utama yang
mempengaruhi dapat berbeda dengan perusahan yang lainnya.
2.
Faktor Produksi Manusia (Tenaga Kerja) Untuk melaksanakan suatu usaha, selalu
dibutuhkan tenaga. Sesuai dengan peningkatan kesibukan kerja suatu usaha, maka
pengusaha memerlukan tambahan tenaga orang lain, yaitu buruh, karyawan, dan
untuk perusahaan besar masih ditambah lagi dengan staf pemikir (Thomas
Soebroto, 1979 : 16). Pegawai, karyawan, buruh atau tenaga kerja merupakan
salah satu unsur penting dalam pengelolaan kegiatan usaha. Manpower management
merupakan bagian tersendiri dan khusus dari manajemen. Bagaimanapun majunya
teknologi dewasa ini, namun faktor manusia masih memegang peranan bagi
suksesnya suatu usaha (Buchari Zainun, 1985 : 9). Memang kita mengetahui, bahwa
sudah banyak tenaga manusia yang dapat digantikan oleh alat mekanis dan
otomatis. Tetapi di dalam banyak hal, manusia masih diperlukan, terutama di
dalam hal-hal dimana alat perlengkapan mekanis itu belum dapat dipergunakan.
Kegiatan suatu usaha untuk mencapai suatu ttujuan, yang kegiatannya dilakukan
dengan bantuan tenaga orang lain. Demikian penting kedudukan manusia dalam
suatu usaha, sehingga sebagian besar waktu dan tenaga pengusaha dalam
menghadapi masalah adalah terutama dicurahkan kepada masalahmasalah manusia,
yaitu tenaga kerjanya. Dilihat secara praktis dan historis, perkembangan
manusia boleh dikatakan bahwa semenjak manusia membentuk suatu usaha, bagaimanapun
primitif bentuk usaha itu sudah diharapkan kepada manajemen kepegawaian. Dari
uraian di atas, bahwa pengolahan sumber daya alam tidak hanya membutuhkan
teknologi dan modal, tetapi sekaligus membutuhkan manusia yang terampil,
mempunyai kemampuan untuk mengatur dan memimpin (Widjaja, 1985 : 247). Apabila
dikaitkan dengan tujuan usaha, dengan menerapkan prinsip ekonomi, yaitu dengan
pengorbanan tertentu diharapkan diperoleh hasil atau keuntungan yang maksimum.
Maka dari itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya tenaga kerja
yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, serta sikap mental positif terhadap
kegiatan pengembangan usaha. Dalam hal ini, pendidikan luar sekolah khusus
mempunya peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan tenaga kerja
dengan melalui pendidikan dan latihannya, baik yang diselenggarakan oleh
lembaga pemerintahan ataupun swasta. Mengenai hal ini akan dibicarakan
tersendiri dalam akhir penulisan ini.
3.
Faktor Produksi Modal Modal merupakan salah satu faktor produksi yang
diperlukan untuk perputaran roda usaha. Sebagian dana atau modal tersebut
dipergunakan perusahaan untuk membeli barang-barang yang termasuk kelompok
aktiva tetap. Aktiva tetap yang dimaksud di sini adalah aktiva yang mengikat
dan untuk jangka waktu yang panjang, biasanya kurang lebih satu tahun,
umpamanya mesin, peralatan, bangunan, alat-alat pengangkutan dan tani. Semua
perusahaan pasti punya salah satu atau beberapa aktiva tetap di atas. Dana yang
tertanam pada aktiva tetap disebut modal tetap perusahaan. Besarnya modal tetap
ini dapat berubah mengikuti keputusan manajemen untuk membeli aktiva tetao baru
atau menjual aktiva tetap lama. Tentu saja perubahan yang dialami oleh modal
tetap tidak sesering yang terjadi pada modal kerja. Modal kerja mungkin berubah-ubah
setiap hari, atau bahkan lebih cepat lagi. Sedangkan modal tetap pada umumnya
mengalami perubahan beberapa bulan atau tahun sekali saja. Apabila modal tetap
selalu sering berubah, justru akan menimbulkan masalah bagi perusahaan,
umpamanya bila mesin terlalu sering ditambah, mengakibatkan tata letak
peralatan sering berubah. Keadaan seperti ini akan mempengaruhi kelancaran
proses produksi (Marwan Asri, 1985 : 153). Untuk mengubah susunan maupun
besarnya modal tetap memang tidak semudah mengubah susunan dan besarnya modal
kerja. Menjual aktiva tetap yang tidak dipakai misalnya, mungkin memakan waktu
berbulan-bulan sebelum ada pembeli yang bersedia menampung barang tersebut.
Sebaliknya di dalam membeli aktiva tetap tersebut siap untuk dipergunakan, pembayarannya
pun tidak sekaligus atau tunai, mungkin beberapa kali, sesuai dengan perjanjian
atau kemampuan perusahaan. Akibat lamanya menunggu perubahan susunan maupun
modal tetap cenderung berjalan lambat. Salah satu permasalahan yang sering
dihadapi oleh perusahaan, khususnya perusahaan kecil, adalah kekurangan modal,
terutama kaitannya dengna modal kerja usaha. Yang dimaksud dengan modal kerja
usaha di sini adalah uang dan barang yang digunakan langsung dalam kegiatan
usaha. Berangkat dari keterbatasan itu, maka dalam pengelolaan modal kerja
usaha terkandung tugas ekonomi pokok, yaitu harus dapat memanfaatkan barang
tersebut dengan baik, dalam arti:
(1)
menggunakannya seefisien mungkin, yaitu menggunakan/mengeluarkan dengan cara
tepat sepanjang perlu, sesuai dengan urutan priotitas untuk memperoleh barang
atau kebutuhan lain yang paling bermanfaat
(2)
berusaha memperoleh tambahan modal kerja dari sumber lain secara tepat
(Soebroto, 1979 : 73). Untuk mendapatkan tambahan modal, perlu kiranya bagi
para pengelola kegiatan usaha mempunyai pengetahuan tetang berbagai kritetia
pinjaman yang dianggap baik. Kredit yang baik dimaksudkan dapat membuat pemilik
menjadi berkembang dan mampu mengembalikan kredit tersebut. Adapun mengenai
ketentuan pinjaman/kredit yang baik adalah sebagai berikut. - Jumlah kredit
dimanfaatkan secara tepat - Jumlah bunga pinjaman relatif kecil - Jangka waktu
peminjaman yang panjang - Digunakan sesuai tujuan - Masa waktu penagihan
relatif pendek - Kemampuan mengangsur yang besar (BK3 I, 1986 : 1) Dari uraian
di atas, jelaslah bahwa apabila modal yang tersedia dikelola dengan baik, akan
sangat mendukung terhadap kelancaran kegiatan usaha, sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai dengan baik. 4. Faktor Produksi Manajemen (Keahlian
Pengolahan) Apabila dilihat di antara sekelilingnya, suatu usaha merupakan
kesatuan yang rumit dan mandiri. Kesatuan atau lembaga tersebut mempunyai
sasaran tertentu yang ingin dicapai pemiliknya. Dengan demikian, suatu usaha
adalah jugamerupakan lembaga/badan administrasi, yang di dalamnya mengandung
kegiatan manajemen atau tata laksana. Yang dimaksud dengan manajemen di sini
adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,
mengkoordinasikan, dan mengawasi keseluruhan faktor usaha yang tersedia dan
diperlukan, yaitu sarana dan manusia, teristimewa manusianya, untuk mencapai
suatu sasaran yang telah ditetapkan. Pelaksana manajemen ini disebut manajer.
Untuk
mendukung tugas sebagai manajer, seorang penusaha/pengelola kegiatan usaha
harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Memiliki moral yang tinggi Apabila diuraikan secara ringkas, manusia yang
bermoral tinggi itu setidaktidaknya memiliki/menjalankan enam sifat utama,
yaitu:
1)
Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2)
Kemerdekaan batin
3)
Keutamaan
4)
Kasih sayang terhadap sesama manusia
5)
Loyalitas hukum, dan
6)
Keadilan
b)
Memiliki sikap mental wiraswasta Apabila diuraikan secara ringkas, bahwa
manusia yang bersikap mental wiraswasta setidak-tidaknya memiliki enam kekuatan
mental yang membangun kepribadian yang kuat:
1)
Berkemauan keras
2)
Berkeyakinan kuat atas kekuatan pribadi; untuk ini diperlukan:
(a) pengenalan diri
(b) kepercayaan pada diri sendiri
(c) pemahaman tujuan dan kebutuhan
3)
Kejujuran tanggung jawab, yang mencakup:
(a)
moral yang tinggi
(b)
disiplin diri
4)
Ketahanan fisik dan mental, yang meliputi:
(a)
kesehatan jasmani dan rohani
(b)
kesabaran, dan
(c)
ketabahan
5)
Ketekunan dan keuletan untuk bekerja keras
6)
Pemikiran yang konstruktif dan kreatif
c)
Memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan Apabila diuraikan secara ringkas,
maka manusia wiraswasta setidak-tidaknya harus memiliki empat hal, agar dirinya
peka/sensitif terhadap lingkungan bagi kehidupan:
1)
Pengenalan terhadap arti lingkungan
2)
Rasa syukur atas segala yang diperoleh dan dimiliki
3)
Keinginan yang besar untuk menggali dan mendayagunakan sumbersumber ekonomi
lingkungan setempa
4)
Kepandaian untuk menghargai dan memanfaatkan waktu secara efektif.
d)
Memiliki keterampilan wiraswasta, yang mencakup:
1)
Keterampilan berpikir kreatif
2)
Keterampilan dalam pembuatan keputusan
3)
Keterampilan dalam kepemimpinan
4)
Keterampilan manajerial
5)
Keterampilan dalam bergaul antarmanusia (human relations) (Soemanto, 1984)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor inilah yang paling
menonjol dalam hubungannya dengan usaha.
5.
Faktor Produksi Lingkungan Perlu untuk dipahami bahwa perusahaan sebagai suatu
sistem, berarti selain memiliki sub-sub sistem (bagian-bagian), juga menghadapi
lingkungan atau sering disebut supra system. Lingkungan perusahaan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu lingkungan umum (general environment) dan
lingkungan khusus (specific environment). Yang dimaksud dengan lingkungan umum
adalah lingkungan perusahan yang secara tidak langsung mempengaruhi proses
perkembangan perusahaan dalam pencapaian tujuan. Faktor lingkungan umum yang
mempengaruhi perusahaan itu terdiri dari faktor politik, ekonomi, sosial
kebudayaan, pendidikan, teknologi, dan hukum. Lingkungan umum tersebut sering
dikenal dengan akronim “IPOLEKSOSBUDKAM”, yaitu ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan keamanan. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan khusus
adalah lingkungan perusahaan yang secara langsung mempengaruhi proses
perkembangan perusahaan dalam mencapai tujuan.
Faktor
lingkungan khusus ini terdiri dari:
(a)
lingkungan pelanggan
(b)
lingkungan penyedia
(c)
lingkungan pesain
(d)
lingkungan teknologi, dan
(e)
lingkungan sosio-politik.
Kedua
lingkungan tersebut di atas, baik lingkungan umum maupun lingkungan khusus,
mempunyai sifat yang berubah-ubah sesuai dengan jenis perusahaan dan
perkembangan waktu. Demikian juga kadar pengaruhnya dapat berbeda-beda bagi
perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi secara keseluruhan,
faktor-faktor tersebut sangat menentukan mati-hidupnya perusahaan. Untuk itu,
pengusaha harus tajam dan jauh ke depan memandang dan menghadapi lingkungan
khusus, agar perusahaan dapat berkembang. Dalam setiap pengambilan keputusan,
pengusaha akan selalu berhadapan dengan lingkungan, di mana salah satu
karakteristiknya yang paling menyulitkan dalam proses pengambilan keputusan
adalah ketidakpastian. Ini adalah salah satu sifat dimana pengusaha tidak dapat
mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pada
umumnya reaksi pengusaha dalam menghadapi lingkungan yang penuh ketidakpastian,
kompleks, dinamis, suasana persaingan, dan adanya keterbatasan, adalah dalam
bentuk kebingungan dan kecemasan (Mangkusubroto, 1983 : 14-15). Dalam
menghadapai keadaan yang penuh ketidakpastian, pengusaha perlu memiliki
kepekekaan dan wawasan yang luas, untuk mengantisipasi kemungkinan yang akan
terjadi, dalam kaitannya dengan kegiatan usahanya.
III. PERANAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM
PENINGKATAN KEBERHASILAN USAHA Dalam arus kehidupan ekonomi, manusia merupakan
faktor produksi yang sangat penting, karena di antara faktor-faktor produksi
yang ada, maka manusia dapat berperan sebagai alat atau pembantu dari suatu
proses produksi, tetapi juga sekaligus manusia dapat bertindak sebagai pengatur
atau pemimpin dari suatu proses produksi (Widjaya, 1985 : 249). Maka dari itu,
agar manusia dapat berfungsi sesuai yang diharapkan, perlu ditingkatkan
kualitasnya dengan melalui berbagai program pendidikan. Untuk pendidikan
kewirausahaan di kalangan masyarakat, akan lebih berhasil apabila masyarakat
memiliki minat dan dorongan untuk hidup maju. Untuk itu, perlu adanya motivasi
kehidupan “berusaha” bagi segenap anggota masyarakat. Motivasi dapat
dilaksanakan baik oleh pihak lembaga pendidikan luar sekolah, lembaga
pendidikan tinggi, melalui program-program praktikum mahasiswa jurusan
pendidikan luar sekolah dan program-program kuliah kerja nyata. Kegiatan
motivasi dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Motivasi
secara langsung dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk, baik oleh lembaga
pemerintah maupun swasta. Dalam hal ini, para petugas dapat bertindak sebagai
penyuluh yang bekerja memberi penerangan dan bimbingan tentang kewirausahaan
kepada masyarakat. Motivasi kehidupan kewirausahaan dapat pula dilaksakanakan
secara tidak langsung, dalam arti tidak melalui interaksi atau hubungan
face-to-face. Motivasi secara tidak langsung dapat dilaksanakan melalui
berbagai macam media pendidikan seperti radio, televisi, dan surat kabar.
Demikian pula halnya bagi tenaga kerja yang sudah bekerja di bidang usaha dan
juga pengusahanya perlu mendapatkan pendidikan dan latihan di luar pendidikan
persekolahan.
Mengenai
manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya pendidikan dan latihan bagi tenaga
kerja adalah:
1)
Kenaikan produktivitas, baik kuantitas/jumlah maupun kualitas/mutu Tenaga kerja
dengan program pendidikan dan latihan diharapkan akan mempunyai “laku” yang
baru, sedemikian rupa sehingga produktivitas baik dari segi jumlah maupun mutu.
2)
Kenaikan moral kerja Apabila penyelenggaraan pendidikan dan latihan sesuai
dengan tingkat kebutuhan yang ada dalam organisasi perusahaan, maka akan
tercipta suasana kerja yang harmonis dan semangat kerja yang meningkat.
3)
Menurunnya pengawasan Semakin para pekerja percaya pada kemampuannya, maka
dengan disadari kemauan dan kemampuan bekerja tersebut, pengusaha tidak terlalu
dibebani untuk setiap saat harus mengawasi.
4)
Menurunnya angka kecelakaan kerja Selain menurunkan pengawasan, kemauan dan
kemampuan tersebut lebih banyak menghindarkan para pekerja dari kesalahan dan
kecelakaan. 5) Menaikkan stabilitas dan fleksibilitas tenaga kerja Stabilitas
di sini diartikan dalam hubungannya dengan penggantian sementara, seandainya
ada pekerja yang tidak hadir atau keluar.
6)
Mengembangkan pertumbuhan pribadi Pada dasarnya, tujuan pendidikan dan latihan
adalah untuk memenuhi kebutuhan organisasi perusahaan, tetapi sekaligus juga
untuk perkembangan pribadi pekerja.
Kesimpulan dari bacaan kedua ini adalah :
bahwa
faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan usaha adalah faktor produksi
manajemen (pengelolaan), dalam hal ini adalah manusianya. Seseorang yang
mempunyai persyaratan atau kepribadian yang mantap dalam usaha, akan pandai
mencari dan menggunakan tambahan modal untuk perluasan dan pengembangan usaha.
Minat berusaha itu terwujud sebagai hasil pengambilan keputusan dan percaya
diri sendiri yang dapat diandalkan, dengan mempertimbangkan risiko yang mungkin
terjadi. Penerapan sikap-sikap demikianlah yang terserat dalam pengertian
kewirausahaan/kewiraswastaan. Dengan adanya faktor manusia yang memadai, maka
kelengkapan untuk faktor-faktor lainnya seperti modal, tenaga, lingkungan, dan
alam, dapat diusahakan dengan cara melakukan pengelolaan dengan baik. Untuk
meningkatkan kemampuan berusaha dan juga bagi tenaga kerja, dapat ditempuh
dengan melalui pendidikan dan latihan, khususnya pendidikan luar persekolahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar