Selasa, 25 November 2014

Heliosentris

a. Awal mula Teori Heliosentris
Teori Heliosentris muncul tepatnya pada abad ke 14 M. dikemukakan oleh seorang yang berkebangsaan polandia yang bernama Nicolas Copernicus.[1] Namun sebenarnya awal mula teori ini muncul adalah berasal dari pendapat yang dikemukakan Aristarchus (310-320 SM) yang mengungkapkan bahwa pusat tata surya adalah matahari, jadi sebenarnya teori pada masa Copernicus ini bukanlah hal yang baru, namun jauh sebelum itu, Aristarchus telah meletakkan dasar bagi teori tersebut, namun Aristarchus tak pernah merumuskan teori yang cukup terperinci sehingga kurang bermanfaat bagi kacamata ilmiah, dan kurang bisa dimengerti pada zaman itu, karena memang tidak sesuai dengan penginderaan manusia.[2] Jadi pada zaman Aristarchus ini teori yang dikemukakannya tidak diperhatikan oleh para ilmuwan pada zamannya, para ilmuwan lebih mengarah kepada teori geosentris.
Kemudian pada abad ke 14 teori dari Aristarchus tersebut diulas ulang oleh Copernicus, Copernicus mengkaji lebih dalam lagi mengenai keadaan tata surya, dengan cara menghitung sudut bulan-bumi-matahari, menghitung perbandingan sudut bumi-matahari dan bumi-bulan, sehingga Copernicus mendapatkan kesimpulan bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan yang berbentuk lingkaran. Copernicus pun terus meneliti lebih dalam selama bertahun-tahun tentang hal tersebut, dengan perhitungan cermat, dan dengan susah payah akhirnya Copernicus ini berhasil menyusun sebuah buku yang di dalamnya terdapat prinsip-prinsip pokok tentang teorinya, Yaitu “De Revolurionibus Orbium Coelestium”.[3]


Selanjutnya Copernicus mencoba untuk membuktikan teorinya tersebut dengan pengamatan yang sederhana, hanya dengan mengamati pergerakan-pergerakan matahari, planet-planet dan bintang, itupun hanya dengan menggunakan teropong sederhana yang beliau buat sendiri. Dengan cara seperti itu teori Heliosentrispun masih kurang sempurna, namun Copernicus inilah yang menetapkan langkah awal munculnya teori helisentris ini. Yang selanjutnya teori Heliosentris ini diperkuat oleh ilmuwan-ilmuwan lain, yakni Galileo Galilei, Sir Isaac Newton, dan semakin sempurna dengan Teori Kepler oleh Johannes Kepler.[4]


b. Pengertian Teori Heliosentris
Dalam astronomi, Heliosentrisme adalah teori yang berbunyi bahwa Matahari menjadi pusat alam semesta. Kata tersebut berasal dari bahasa yunani, yaitu (Helios = Matahari, dan Kentron = Pusat). secara historis, Heliosentrisme bertentangan dengan Geosentrisme, yang menempatkan bumi sebagai pusat alam semesta. Pandangan mengenai kemungkinan Heliosentrisme ini terjadi sejak zaman klasik kuno. Tapi abad ke-14 baru dapat ditemukan suatu model matematis yang dapat meramalkan secara lengkap sistem Heliosentris. yang hal tersebut dikemukakan oleh Nicolas Copernicus,[5] jadi bisa disimpulkan bahwa teori Heliosentris ini berawal pada masa peradaban eropa.[6]
Teori Copernicus ini telah menggoncangkan dunia pada zamannya. Sebab suatu penemuan yang sama sekali bertolak belakang dengan teori-teori sebelumnya, yang telah diyakini orang sepanjang 14 abad lamanya.
Pihak-pihak yang jelas menentang teori ini, adalah dari golongan para ahli ilmu pengetahuan, pengelola gereja-gereja dan tokoh-tokoh agama Nasrani. Teori Heliocentris ini kemudian didukung dan diikuti oleh ahli-ahli astronomi lainnya, antara lain Galileo Galilei dan Sir Isaac Newton. Teori ini memang masih banyak mengandung kelamahan-kelemahan, tetapi satu hal yang tak dapat diingkari, bahwa sampai sekarang prinsip tentang pusat dari Tatasurya kita ini khususnya, bukanlah bumi yang menjadi pusatnya, tetapi matahari.
Selain itu, teori ini juga mengajarkan, bahwa bumi ini bergerak mengitari matahari, suatu teori yang sampai sekarang tetap diakui kebenarannya.[7]


c. Penyempurnaan Teori Heliosentris
Seteleh sang Nicolas berhasil mengemukakan teorinya, ternyata masih banyak kelemahan-kelemahan dalam teorinya tersebut. Lalu beberapa ilmuwan setelahnya pun ikut mendukung teori itu dengan cara membuat penelitian-penlitian yang sejenis dengan apa yang dilakukan oleh Copernicus. Diantara beberapa ilmuwan itu adalah Galileo Galilei, sang penemu teleskop ini ikut berperan dalam memperkuat teori Heliosentris, dengan telekop canggih yang diciptakannya, Galileo mampu mengamati kondisi benda-benda langit, gerak-geriknya, serta berbagai perubahan ataau fase-fase yang terjadi padanya, sehingga Galileo dapat membuat kesimpulan bahwa semua benda langit itu mengitari matahari.
Tak lama setelah Galileo meninggal, Sir Isaac Newton pun lahir, Newton sangat berjasa dalam penerimaan teori Heliosentris ini pada masyarakat, teori Heliosentris ini sebelumnya ditolak oleh para pendeta-pendeta gereja, namun karena dukungan dari Newton, teori Heliosentris inipun diterima oleh para astronom waktu itu.
Setelah itu Johannes Kepler pun turut membantu sang Copernicus, bahkan Kepler mendukung teori Copernicus dengan membuat teorinya sendiri yang sekarang familiar dengan nama Hukum Kepler.[8] Hukum Kepler ini ada tiga bunyi.[9] :
1. Lintasan planet beberbentuk ellips dengan matahari pada salah satu titik apinya.
2. Garis hubung planet-matahri akan menyapu daerah yang sama luasnya dalam selang waktu yang sama panjangnya.
3. Pangkat dua kala edar planet sebanding dengan pangkat tiga jarak planet ke matahari

SUMBER : http://makalahfaishol2012.blogspot.sg/2012/12/makalah-teori-heliosentris.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar